Indonesia

Pesan GP Ansor: Tak ada pemakluman untuk Hizbut Tahrir

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pesan GP Ansor: Tak ada pemakluman untuk Hizbut Tahrir

AFP

Selain di Jombang, GP Ansor juga masif melakukan penolakan terhadap acara HTI di Jember, Tulungangung, Bojonegro, Magetan, dan Surabaya.

JAKARTA, Indonesia—Tiga pekan lalu, ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hizbut Tahrir Eko Baskoro Harlis mengunjungi rumah Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP Ansor) Jombang, Jawa Timur, Zulfikar Damam Ikhwanto. 

Ia berniat untuk silaturahmi sambil membawa buku, VCD, tabloid tentang Khilafah Islamiyah. Sistim Khilafah yang dimaksud adalah negara di bawah bendera Islam. 

Eko mulai memperkenalkan isi dari tiga barang yang dibawanya itu. Sementara Zulfikar menyimak. 

Setelah selesai memaparkan, Zulfikar langsung menimpali, “Mas, kita ini sama-sama Islam, sampean (panggilan untuk Anda dalam bahasa Jawa) syahadat dan salat, sama. Tapi yang membedakan adalah komitmen kebangsaaan kita,” tuturnya pada Rappler, Senin, 2 April.  

Zulfikar yang dilahirkan di keluar Nahdlatul Ulama itu menambahkan bahwa sejak lahir ia telah dibekali orang tuanya tentang keberagaman. Indonesia bukan hanya milik Islam, tapi juga warga negara lain yang berbeda keyakinan. 

Keluarga Nahdlatul ulama memang mendapat pendidikan cinta tanah air dari ulama-ulama besar mereka. Istilahnya dalam bahasa Arab adalah hubbul wathon minal iman artinya mencintai tanah air adalah bagian dari iman. 

“Nah, yang membedakan itu, sampean ini mengikuti ajaran yang mohon maaf yang tidak memberikan pendidikan yang cukup baik terkait dengan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air,” katanya lagi. 

Kebhinekaan di NU semakin dipertajam dengan pernyataan ulamanya, kata Zulfikar, yang mengajarkan bahwa negara ini bukan negara agama, tapi juga bukan negara tanpa agama. 

Eko terdiam sejenak dan kemudian menjawab, “Itulah Gus (panggilan khas untuk orang yang dihormati), ini khilafah rahmatan lil alamin (merahmati semua alam), Insyaallah kalau khilafah berdiri yang kafir juga dilindungi dan diayomi.”  

Setelah tiga pekan berlalu, tepatnya pada Sabtu, 30 April 2016, keduanya kembali bertemu. Kali ini bukan di rumah pribadi Zulfikar, melainkan di depan publik. 

Ketua GP Ansor Jombang itu alih-alih menjadi lebih ‘jinak’ pada organisasi islam tersebut, tapi semakin mempertegas sikap penolakannya.

GP Ansor Jombang yang dipimpin oleh Zulfikar resmi menghentikan Muktamar Tokoh Umat 1437 H HTI DPD Jombang. 

Organisasi cabang NU itu tidak sendiri, mereka melakukan penolakan bersama 19 organisasi masyarakat yang lain.

Penolakan tersebut dilakukan melalui gelar apel kesetiaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di depan Masjid Baitul Mukminin Alun-Alun Jombang.  

“HTI memandang konstitusi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah kufur. HTI juga menolak nasionalisme. Makanya, kami mendesak pemerintah untuk membubarkan HTI,” ujar Syamsul Rijal, Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang, seperti dilaporkan media. 

Deklarasi bersama yang dibacakan Syamsul kemarin itu ditandatangani sekitar 20 organisasi. Di antaranya, Yayasan ICDHRE, DPD KNPI, PC IPPNU, PC GP Ansor, LTM NU, PC PMII, PC IPNU, PC Pergunu, Lakpesdam NU, serta PCNU Jombang.

Serta, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Aktivis Lintas Agama, Jamiyah Salawat Seribu Rebana, DMI (Dewan Masjid Indonesia), serta PCTAI. 

“Seluruh organisasi di atas satu suara dan meminta kepada pemerintah agar membubarkan HTI,” terang Syamsul.

Deklarasi tersebut juga ditandai dengan apel ratusan Banser. Mereka membentangkan spanduk kesetiaan dan poster bertuliskan khilafah yang disilang merah. 

Penolakan ini tidak hanya berlangsung di Jombang tapi juga menyebar ke daerah tapal kuda yang kebetulan adalah basis NU. Antara lain di Jember, Tulungangung, Bojonegro, Magetan, dan Surabaya. 

Berita mengenai penghentian kegiatan Muktamar Tokoh Umat yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia juga terdengar dari Jember. 

Sekira 400 anggota Banser NU Kabupaten Jember yang mengepung New Sari Utama Convention Hall Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Minggu, 1 Mei, untuk membubarkan kegiatan. 

Tapi pergerakan banser mendapat perlawanan dari aparat kepolisian, sehingga terjadi aksi saling dorong dan adu mulutt. 

Benarkah HTI memang anti-Pancasila? 

SILATURAHIM. Silaturahmi Ramadhan HTI Jombang ke Pondok Pesantren Tebuireng pada Rabu, 16 Juli 2014. Rombongan DPD HTI Kab Jombang melakukan safari Ramadhan ke Ponpes Tebuireng, Cukir Jombang dipimpin langsung oleh Ketuanya,Eko Baskoro Harlis. Rombongan HTI disambut langsung oleh pengasuh Pondok Tebuireng, KH Sholahuddin Wahid atau yang sering disapa dengan Gus Sholah di kediaman beliau. Foto diambil dari Facebook.

Kepada media juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Jawa Timur, Harun Musa, membantah tudingan Gerakan Pemuda Ansor bahwa konsep khilafah Islamiyah yang diusung kelompoknya bertujuan mengganti ideologi Pancasila. 

Harun mengklaim konsep tersebut justru memperkuat persatuan dan kebangsaan. “Kami cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Harun. 

Harun berujar, syariat Islam membuat rinci bagaimana pelaksanaan persatuan, menumbuhkan rasa kebangsaan, soal agama. 

Bila konsep itu dilaksanakan, ucap dia, tidak ada lagi korupsi, narkoba, dan pengisapan kekayaan alam yang dijual kepada bangsa lain. “Yang jelas, jangan sampai bangsa ini terpecah,” tuturnya.

Namun Zulfikar dari GP Ansor  tak sepakat dengan klaim HTI. Ia mengaku telah mengamati pergerakan HTI di Jombang selama hampir 5 tahun. 

Temuannya, sebagian pengurus HTI di kawasannya adalah aktivis dakwah di kampusnya. 

Lalu mereka kembali ke kampung halaman dan menawarkan khilafah lewat kegiatan-kegiatan sosial, sehingga dapat merekrut hampir 1.000 jemaat di kota santri tersebut.

Isi ajarannya, kata Zulfikar, cukup meresahkan. “Pada beberapa masyarakat yang masih awam mereka mengajak untuk tidak mempercayai ideologi Pancasila yang sudah usang dan tidak kontekstual lagi. Ideologi Pancasila harus diganti kalau mau sejahtera dan makmur,” katanya. 

NU Jombang secara khusus bahkan melakukan kajian terkait HTI secara khusus, dan gerakan radikal secara umum. 

Dalam situsnya, NU mempublikasikan kajian itu lewat sebuah wawancara dengan Imam Ghazali Said, cendekiawan Muslim yang banyak mengamati gerakan Islam radikal, di situs resminya

Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo ini dikenal paham dengan gerakan Islam di nusantara, terutama yang berasal dari Timur Tengah, seperti Hizbut Tahrir, yang didirikan di Yordania. 

Said mengatakan HT adalah pecahan dari gerakan islam aliran keras Ihkwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Banna. Kedua tokoh itu berbeda pendapat. 

Akhirnya Taqiuddin mendirikan Hizbut Tahrir. Artinya, partai pembebasan. Maksudnya, pembebasan kaum muslimin dari cengkraman Barat dan dalam jangka dekat membebaskan Palestina dari Israel. Dan kemudian mengkonsep gerakan Khilafah Islamiyah. 

HT pun menjadi organisasi terlarang di negara asalnya sendiri, karena mereka menganggap nasionalisme itu sebagai jahiliah modern. 

Lalu bagaimana gerakan mereka di Indonesia? 

“Di Indonesia mereka terus terang menganggap Pancasila jahiliah. Nasionalisme bagi mereka jahiliah,” kata Said. 

Ketua Dewan Ahli Ikatan Sarjana NU Jombang Aan Anshori menambahkan pada Rappler, karena alasan itulah HT menjadi ancaman di wilayah Nusantara. 

“Jelas kami memandangnya sebagai ancaman serius oleh karena virus khilafah ini mengambil argumentasi tekstual-relijius yang tidak semua umat Islam (apalagi non-muslim) mampu men-counternya,” katanya. 

Lalu apa rencana GP Ansor selanjutnya? 

“Kami mengajak aktivis dan organisasi kemasyarakatn bernafaskan agama untuk ayo menjaga negara ini,” kata Zulfikar. 

“Karena kalau kita kehilangan emas bisa kita beli di pasar, tapi kalau kehilangan tanah air, kita mau minta ke siapa,” ujarnya mengutip Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, ulama dari Pekalongan yang juga ketua Majelis Ulama Indonesia wilayah Jawa Tengah. 

Ia juga meminta pada negara untuk menyikapi organisasi yang bertentangan dengan landasan serta konstitusi. “Mari ber-Pancasila yang baik, taat pada UUD 45, insyaallah Pancasila sudah sesuai syariat,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!