5 alasan Jessica merasa dirinya tak bersalah

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 alasan Jessica merasa dirinya tak bersalah
Alasan apa saja yang dikemukakan Jessica untuk membuktikan dirinya tak membunuh Mirna.

JAKARTA, Indonesia – Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat akan menjatuhkan vonis untuk terdakwa Jessica Kumala Wongso pada Jumat, 21 Oktober 2016 mendatang. Putusan ini akan menjawab pertanyaan besar: benarkah Jessica membunuh Wayan Mirna Salihin?

Bila pembaca Rappler Indonesia mengikuti jalannya persidangan, tentu sudah mendengar alasan apa saja yang dikemukakan Jessica untuk membuktikan dirinya tak membunuh Mirna. Berikut lima alasan kenapa Jessica merasa dirinya tidak bersalah:

1. JPU tidak mempunyai bukti

Sejak awal, Jessica dan kuasa hukumnya mengatakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak memiliki bukti kuat soal racun sianida. Pengacara Otto Hasibuan mengatakan tidak ada sianida saat cairan lambung Mirna diperiksa. Padahal, jika Mirna memang meninggal karena sianida, seharusnya zat beracun itu bisa dideteksi di lambung, hati, urin, darah, jantung dan otak.

Otto juga menyebutkan kopi yang diminum Mirna kemungkinan tidak mengandung sianida. Kemungkinan ada yang memasukkan sianida ke dalam gelas setelah Mirna meninggal.

“Jadi tidak terbukti korban mati karena sianida, maka tak ada kasus pembunuhan, apalagi berencana. Jadi sesungguhnya jaksa penuntut telah salah membawa kasus ini ke pengadilan ini,” kata Otto. Ia meyakini, alasan JPU memberi tuntutan paling rendah yakni 20 tahun, adalah karena alasan yang sama.

Terhadap hal ini, Jessica juga mengatakan kalau ia tak memasukkan apapun ke dalam gelas es kopi Vietnam milik Mirna. Meski CCTV yang ditampilkan JPU mengatakan ada gerakan tangan ‘seperti mengambil sesuatu dari tas dan dimasukkan ke gelas kopi.’

“Saya tidak tahu harus berbuat apa. Apa benar ini gara-gara kopi tapi satu hal yang saya tahu dan yakinkan saya tidak menaruh racun dalam kopi yang diminum Mirna,kata alumni Billy Blue College, Australia, ini saat membacakan pembelaannya.

2. Manipulasi alat bukti

Jaksa mengatakan Jessica sering menggaruk-garuk karena sianida. Gerakan Jessica menggaruk-garuk ini terekam dalam CCTV. Namun Otto mengatakan Jessica hanya sekali menarik celananya yang sempit. Namun gerakan itu dibuat berulang sehingga terkesan menggaruk. “CCTV yang diedit ini tidak bisa jadi barang bukti,” katanya.

Barang bukti lain yang dimanipulasi adalah es kopi Vietnam yang menurut Otto baru dimasukkan sianida setelah Mirna meninggal.

Sebelum menerima dakwaan pun, Jessica mengatakan kalau CCTV yang belum pernah dilihatnya menjadi alat intimidasi. “Lalu dia (Direskrimum Kombes Krishna Murti) meminta saya mengakui tuduhan yang diberikan kepada saya dengan dalih kalau sudah memeriksa rekaman CCTV, kata dia.

Seorang yang mengaku kerabat Mirna juga pernah mengucapkan hal serupa saat Jessica menghadiri pemakaman kawannya itu. Perempuan yang mengaku sebagai tante Mirna mengatakan Jessica ‘sebaiknya menyerahkan diri’ karena ‘kejahatannya terlihat jelas di CCTV.’

3. Intimidasi

Saat ditanyakan soal inkonsistensi keterangannya di pengadilan dan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Jessica mengatakan karena perbedaan kondisi. Saat menjalani pemeriksaan dengan penyidik kepolisian, ia berada di bawah tekanan dan intimidasi.

“Saya ditempatkan di satu sel yang ukurannya tidak lebih 1,5 x 2,5 meter. Saya diperingatkan kalau tahanan lain akan melakukan hal yang tidak baik terhadap saya, tidak ada satu barang pun yang saya miliki dan tidak boleh dikunjungi keluarga sampai lima hari ke depan,” kata dia dalam pembelaan.

Malam berikutnya, Jessica mengatakan Krishna Murti sengaja mendatangi sel tahanan dan meminta Jessica mengaku. Kalau menurut, lanjutnya, Jessica hanya akan dikenai vonis 7 tahun. Angka ini lebih rendah dibanding hukuman pidana minimal 20 tahun hingga seumur hidup; atau hukuman mati.

4. Kesimpulan spekulatif

Otto menuding jaksa penuntut umum terlalu tergesa menetapkan kematian Mirna karena racun sianida. Padahal penyebab kematian tidak bisa ditetapkan tanpa adanya otopsi.

“Kesimpulan jaksa ini spekulatif,” katanya. Ia juga heran dengan adanya kalimat ‘5 gram sianida berbentuk bubuk’ yang disebutkan jaksa dalam tuntutannya. Padahal, selama persidangan tidak ada ahli yang secara tegas mengungkap hal tersebut.

Ia juga mempermasalahkan sikap jaksa yang membuat keluarga Mirna seolah-olah keberatan soal otopsi. Padahal, dalam transkrip pembicaraan, ayah Mirna menyetujui otopsi.

Jessica juga mengatakan kalau ia diperlakukan seperti pembunuh padahal belum divonis. Tekanan dan intimidasi datang dari berbagai pihak, yang dikenalnya maupun yang benar-benar asing.

Menurut Jessica, salah satu yang terbesar datang dari keluarga Mirna. “Bagaimanapun juga saya tidak membunuh Mirna jadi seharusnya tidak ada alasan untuk memperlakukan saya seperti sampah. Saya mengerti kesedihan mereka dan saya pun merasa sangat kehilangan, tapi saya pun dituduh membunuh yang saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan dengan kata-kata,” kata dia.

Ia tidak menyangka kawannya itu datang dari keluarga yang siap menekan dan mengintimidasi siapapun yang mereka percaya telah berbuat hal yang buruk walau tanpa penjelasan yang pasti. Hal itu membuat ia bertanya-tanya, apakah mereka menjadi jahat karena kehilangan Mirna.

5. Mirna kawan yang baik

Jessica mengatakan kalau Mirna adalah seorang teman yang baik, dan tahu kalau dirinya tidak akan tega meracuni orang.

“Mirna adalah teman yang baik, karena Mirna memiliki sifat yang ramah, baik hati dan jujur dengan teman-temannya. Selain itu dia juga sangat humoris, kreatif, dan pandai. Walau kita jarang bertemu karena tinggal di negara yang berbeda tetap sangat mudah untuk menghabiskan waktu berjam-jam bercanda dan mengobrol pada saat bertemu,” kata dia.

Meski harus melalui ‘cobaan’ seperti persidangan dan tuduhan orang-orang, Jessica mengatakan tidak menyesal pernah mengenal sosok Wayan Mirna Salihin.

“Karena pengalaman ini hidup saya tidak akan kembali seperti semula. Namun saya tidak menyesal telah mengenal Mirna. Dia akan selamanya hidup di hati saya sebagai teman yang baik dan dia tahu kalau saya tidak mungkin meracuni orang,” kata dia.-Rappler.com

Baca juga:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!